BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pengertian Manajemen
Koontz dan O’Donnel
(Amirullah dan Budiyono, 2004:7) mendefinisikan bahwa: “manajemen adalah usaha
mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian
manajer mengadakan koodinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian”.
Terry juga mengemukakan
(Amirullah dan Budiyono, 2004:7) bahwa: “manajemen merupakan suatu proses khas
yang terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia an sumber-sumber lainnya”.
Stoner (Amirullah dan
Budiyono, 2004:7) mendefinisikan bahwa:
“manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian dan penggunaan
sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan”.
Dengan demikian,
istilah manajemen mengacu pada suatu proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan
kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan
melalui orang lain. Proses menggambarkan fungsi-fungsi tersebut biasanya
disebut sebagai merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan.
2.1.1 Fungsi dan Proses Manajemen
Menurut Amirullah dan
Budiyono, (2004:12) fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
1.
Perencanaan
Perencanaan
dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menentukan tujuan serta sasaran yang
ingin dicapai dan mengambil langkah-langkah strategis guna mencapai tujuan
tersebut.
2.
Pengorganisasian
Pengorganisasian
merupakan proses pemberian perintah, pengalokasian sumber daya serta pengatur
kegiatan secara terkoordinir kepada setiap individu dan kelompok untuk
menerapkan rencana.
3.
Pengarahan
Pengarahan
adalah proses untuk menumbuhkan semangat (motivation)
pada karyawan agar dapat bekerja dan giat serta membimbing mereka dalam
melaksanakan rencana untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien.
4.
Pengendalian
Pengendalian
dimaksudkan untuk melihat apakah kegiatan organisasi sudah sesuai dengan
rencana sebelumnya.
2.1.2
Efesiensi dan Efektivitas Manajemen
Efesiensi merupakan
bagian yang terpenting dalam manajemen. efesiensi itu mengacu pada hubungan
antara keluaran dan masukan (output/input).
Menurut Drucker, efesiensi berarti mengerjakan sesuatu dengan benar (doing this right), sedangkan efektif
adalah mengerjakan sesuatu yang benar (doing
the right things). dalam bahasa yang lebih sederhana efesiensi itu
menunjukkan kemampuan organisasi dalam menunjukkan dalam menggunakan sumber
daya dengan benar dan tidak ada pemborosan. Setiap perusahaan akan berusaha
mencapai tingkat output dan input yang seoptimal mungkin (Amirullah dan
Budiyono, 2004:8).
Sebaliknya
efektivitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam mencapai
sasaran-sasaran (hasil akhir) yang telah ditetapkan secara tepat.
Selain
pengertian tersebut di atas, manajemen juga diartikan dalam berbagai istilah
atau sebutan, sehingga dengan istilah tersebut masing-masing orang dapat
memandang manajemen sesuai dengan cara pandang mereka. Walaupun berbeda dalam
cara pandang, namun konsep manajemen tetap mengacu pada perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian.
1.
Manajemen
sebagai Proses Kegiatan
Sebagai
suatu proses kegiatan, manajemen diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan
yang dimulai dari kegiatan merencanakan, melaksanakan serta mengkoordinasikan
apa yang direncanakan sampai dengan kegiatan mengawasi atau mengendalikannya
agar sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
2.
Manajemen
sebagai Suatu Ilmu dan Seni
Manajemen
sebagai ilmu dan seni dapat diartikan sebagai upaya pencapaian tujuan dengan
pendekatan (approach) menjelaskan
fenomena-fenomena dan gejala-gejala manajemen berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah.
3.
Manajemen
sebagai Profesi
Penekanan
utama dalam penyebutan manajemen sebagai profesi adalah pada kegiatan yang
dilakukan oleh sekelompok orang atau manajer dengan menggunakan keahlian
tertentu.
4.
Manajemen
sebagai Kumpulan Oranag untuk Mencapai Tujuan
Setiap
kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara kooperatif dalam
organisasi disebut sebagai aktivitas manajemen. Kolektivitas orang-orang
tersebut bergabung dalam suatu organisasi dan dipimpin oleh seorang pemimpin
(manajer) yang bertanggung jawab penuh atas upaya pencapaian tujuan secara
efesien dan efektif.
2.1.3
Unsur – unsur Manajemen
Dalam melakukan
proses manajemen terdapat hal-hal yang menjadi objek proses manajemen tersebut.
Objek inilah yang dikenal dengan unsur-unsur manajemen. Terdapat 6 unsur
manajemen menurut Hasibuan (2003:20) sebagai berikut:
1.
Men
yaitu tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja pimpinan maupun tenaga kerja
operasional/pelaksana.
2.
Money
yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3.
Methods
yaitu cara – cara yang dipergunakan dalam usaha mencapai tujuan.
4.
Materials
yaitu bahan – bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
5.
Machines
yaitu mesin – mesin / alat – alat yang diperlukan atau dipergunakan untuk
mencapai tujuan.
6.
Market
yaitu pasar untuk menjual barang dan jasa yang dihasilkan.
2.2
Pengertian Pemasaran
Pasar
atau market, menurut Kotler (Laksana,
2008:4) yaitu “ a Collection of buyers
and sellers who transact over a particular product or product class”. Pasar
adalah sekumpulan pembeli dan penjual yang melakukan transaksi sebuah produk
atau kelompok produk tertentu (pasar perumahan atau bahan makanan).
Pemasaran
atau marketing, menurut Kotler
(Laksana, 2008:4) adalah “is a societal
process by which individuals and groups obtain what they needs and wants through creating, offering, and freely exchanging
products and services of value with other”. Pemasaran yaitu suatu proses
sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
2.3
Pengertian Manajemen Pemasaran
Manajemen
pemasaran atau Marketing management
menurut Kotler (Laksana, 2008:4) adalah “is
the process of planning and executing the conception, pricing, promotion, and
distribution of ideas, goods, services to create exchanges that satisfy
individual and organizational goals”. Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan
dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan,
barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran
individu dan organisasi.
Penulis
mendefinisikan manajemen pemasaran yaitu pertukaran produk yang dilakukan
melalui aktifitas dari bauran pemasaran, yaitu product, price, promotion dan place.
2.3.1
Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Bauran
pemasaran (marketing mix) adalah
seperangkat alat pemasaran yang dipergunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai
tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Kotler (2009:18) mengklasifikasikan
bauran pemasaran menjadi empat kelompok yang luas yang disebut 4P dalam
pemasaran, yaitu product (produk), price (harga), place (tempat), dan promotion
(promosi). Adapun pengertian dari 4P tersebut menurut Saladin (Aulawi,
et.al, 2009:24) adalah:
1
Produk
adalah sekumpulan sifat-sifat fisik dan kimia yang berwujud dan dihimpun dalam
suatu bentuk yang serupa dan telah dikenal.
2
Harga
adalah sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk atau jasa.
Harga juga dikatakan penentuan nilai suatu produk di benak konsumen.
3
Promosi
adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk
merubah sikap dan tingkah laku pembeli, yang tadinya tidak mengenal menjadi
mengenal sehingga tetap mengingat produk tersebut.
4
Tempat
adalah suatu rangkaian pemasaran yang meliputi saluran pemasaran, cakupan
pasar, lokasi, dan transportasi.
2.4
Perilaku Konsumen
2.4.1
Pengertian Perilaku Konsumen
Menurut Kotler dan
Keller (2009:166) perilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana individu,
kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang,
jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.
Schiffman dan Kanuk (2008:72) mendefinisikan perilaku konsumen (consumen behavior) sebagai perilaku yang
diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan
menghabiskan produk yang diharapkan akan memuaskan kebutuhan hidup.
Menurut Kotler dan Amstrong (2006:34), mengartikan
perilaku konsumen sebagai perilaku pembelian konsumen akhir, baik individu
maupun rumah tangga yang membeli produk untuk konsumsi personal. Sedangkan
menurut Peter dan Olson (2002:76) perilaku
konsumen adalah studi mengenai individu, kelompok atau organisasi
dan proses-proses yang dilakukan dalam memilih, menentukan, mendapatkan,
menggunakan, dan menghentikan pemakaian produk, jasa, pengalaman, atau ide
untuk memuaskan kebutuhan serta dampak proses-proses tersebut terhadap konsumen
dan masyarakat.
Perilaku konsumen
adalah dinamis. Itu berarti
bahwa perilaku seorang konsumen, grup konsumen, ataupun masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu.
Hal ini memiliki
implikasi terhadap studi
perilaku konsumen, demikian pula
pada pengembangan strategi
pemasaran. Dalam hal studi
perilaku konsumen, salah satu
implikasinya adalah bahwa
generalisasi perilaku konsumen biasanya terbatas untuk jangka waktu
tertentu.
Dapat
disimpulkan bahwa, Perilaku Konsumen adalah
perilaku yang konsumen tunjukkan dalam mencari, menukar, menggunakan, menilai,
mengatur barang atau jasa yang mereka anggap akan memuaskan kebutuhan mereka.
2.4.2
Perilaku Konsumen Terhadap Merek
Menurut Kotler dan Amstrong (2006:40) tingkat perilaku
konsumen terhadap merek dibedakan atas lima tingkat, yaitu:
1.
Konsumen yang sering mengganti merek
khususnya karena alasan harga.
2.
Konsumen yang puas akan suatu merek dan
tidak memiliki alasan untuk mengganti merek.
3.
Konsumen yang puas akan suatu merek dan
akan merasa rugi bila konsumen mengganti suatu merek lain.
4.
Konsumen yang memberikan nilai yang
tinggi pada suatu merek, menghargainya dan menjadikan merek bagian dari dirinya
atau seperti teman.
5.
Konsumen yang setia terhadap merek.
2.4.3
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Konsumen
Adapun
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pilihan konsumen menurut Kotler dan Amstrong (2006:41), adalah sebagai
berikut:
1.
Konsumen Individu, Pilihan merek dipengaruhi oleh :
a)
Kebutuhan konsumen
b)
Persepsi atas karakteristik merek
c)
Sikap kearah pilihan
2.
Pengaruh Lingkungan, Lingkungan pembelian konsumen
ditunjukkan oleh :
a)
Budaya (Norma kemasyarakatan, pengaruh kedaerahan atau
kesukuan)
b)
Kelas sosial (keluasan grup sosial ekonomi
atas harta milik konsumen)
c)
Grup tata muka (teman, anggota keluarga, dan grup
referensi) dan
d) Faktor menentukan yang situasional (situasi dimana
produk dibeli seperti keluarga yang menggunakan mobil dan kalangan usaha).
3.
Marketing strategy, Merupakan variabel dimana pemasar
mengendalikan usahanya dalam memberitahu dan mempengaruhi konsumen.
Variabel-variabelnya adalah:
a)
Barang
b)
Harga
c)
Periklanan
d)
Distribusi yang mendorong konsumendalam proses
pengambilan keputusan.
2.4.4
Struktur Keputusan Pembelian
Menurut Supranto dan Limakrisna
(2007:11), keputusan untuk
membeli yang diambil oleh pembeli itu sebenarnya merupakan kumpulan dari
sejumlah keputusan. Setiap keputusan membeli mempunyai suatu struktur yang
mencakup beberapa komponen, yaitu:
1.
Keputusan tentang jenis produk
Konsumen dapat mengambil
keputusan untuk membeli sebuah produk atau menggunakan uangnya untuk tujuan
lain. Dalam hal ini perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang
yang berminat membeli produk tersebut serta alternatif lain yang mereka
pertimbangkan
2.
Keputusan tentang bentuk produk
Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli bentuk produk
tertentu. Keputusan tersebut menyangkut pula ukuran, mutu suara, corak dan
sebagainya. Dalam hal ini perusahaan harus melakukan riset pemasaran untuk
mengetahui kesukaan konsumen tentang produk bersangkutan agar dapat
memaksimalkan daya tarik merknya.
3.
Keputusan tentang merk
Konsumen harus
mengambil keputusan tentang merk mana yang akan dibeli. Setiap merk memiliki
perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui
bagaimana konsumen memilih sebuah merk.
4.
Keputusan tentang penjualnya
Konsumen harus
mengambil keputusan di mana produk tersebut akan dibeli, apakah pada toko serba
ada, toko alat-alat listrik, toko elektronik, atau toko lain. Dalam hal ini,
produsen, pedagang besar, dan pengecer harus mengetahui bagaimana konsumen
memilih penjual tertentu.
5.
Keputusan tentang jumlah produk
Konsumen dapat
mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yang akan dibelinya pada
suatu saat. Pembelian yang dilakukan mungkin lebih dari satu unit. Dalam hal
ini perusahaan harus mempersiapkan banyak produk sesuai dengan keinginan yang
berbeda-beda dari para pembeli.
6.
Keputusan tentang waktu pembelian
Konsumen dapat
mengambil keputusan tentang kapan ia harus melakukan pembelian. Masalah ini
akan menyangkut tersedianya uang untuk membeli produk. Oleh karena itu
perusahaan harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen
dalam penentuan waktu pembelian. Dengan demikian perusahaan dapat mengatur
waktu produksi dan kegiatan pemasarannya.
7.
Keputusan tentang cara pembayaran
Konsumen harus
mengambil keputusan tentang metode atau cara pembayaran produk yang dibeli,
apakah secara tunai atau dengan cicilan. Keputusan tersebut akan mempengaruhi
keputusan tentang penjual dan jumlah pembeliannya. Dalam hal ini perusahaan
harus mengetahui keinginan pembeli terhadap cara pembayarannya.
2.5 Perilaku Mencari Variasi
2.5.1
Pengertian Perilaku Mencari Variasi
Mowen dan Minor (2002:133) mengemukakan bahwa
mencari keragaman (variety-seeking) mengacu pada kecenderungan konsumen
untuk mencari secara spontan membeli merek produk baru meskipun mereka terus
mengungkapkan kepuasan mereka dengan merek yang lama.
Kebutuhan mencari variasi produk adalah sebuah
komitmen kognitif untuk membeli merek yang berbeda karena berbagai alasan yang
berbeda, keinginan baru atau timbulnya rasa bosan pada sesuatu yang telah lama
dikonsumsi (Peter dan Olson, 2002:76).
Perilaku Mencari Variasi (Variety Seeking) adalah perilaku dari konsumen yang berusaha untuk
mencari keberagaman merek diluar kebiasaannya karena tingkat keterlibatan
produk yang rendah (Sulistiyani, 2006:89). Tujuan konsumen mencari keberagaman
produk adalah untuk mencapai suatu sikap terhadap sebuah merek yang
menyenangkan. Tujuan lain perilaku variety
seeking adalah konsumen hanya dapat berupa sekedar mencoba sesuatu yang
baru atau mencari kebaruan dari sebuah produk.
Menurut Junaidi dan Dharmesta (2002:56), jika
keterlibatan konsumen rendah, maka konsumen akan mudah berganti merek karena
kebosanan dan mencoba merek lain. Perilaku mencari variasi terjadi jika resiko
kecil dan sedikit atau tidak ada komitmen terhadap suatu merek.
2.5.2
Tipe Konsumen yang Mencari Variasi
Menurut Schiffman dan Kanuk (2008:66) terdapat
beberapa tipe konsumen yang mencari variasi adalah sebagai berikut:
1. Perilaku pembelian yang bersifat
penyelidikan (Exploratory Purchase
Behavior), merupakan keputusan perpindahan merek untuk mendapatkan
pengalaman baru dan kemungkinan alternatif yang lebih baik.
2. Penyelidikan pengalaman orang lain (Vicarious Exploration), konsumen
mencari informasi tentang suatu produk yang baru atau alternatif yang berbeda,
kemudian mencoba menggunakannya.
3. Keinovatifan pemakaian (Use Innovativeness), konsumen telah
menggunakan dan mengadopsi suatu produk dengan mencari produk yang lebih baru
dengan teknologi yang lebih tinggi seperti produk-produk alat elektronik yang
model/fungsinya telah berubah.
Perilaku variety seeking cenderung akan
terjadi pada waktu pembelian sebuah produk menimbulkan risiko yang minimal bagi
konsumen dan konsumen kurang memiliki komitmen terhadap merek tertentu.
2.5.3
Dimensi Perilaku Mencari Variasi
Menurut Mowen dan Minor (2002:133) dimensi-dimensi yang mengacu pada
perilaku mencari variasi adalah
sebagai berikuti:
1.
Kebutuhan Akan Variasi
Konsumen sudah merasa bosan dengan produk yang sama
yang ditawarkan oleh suatu perusahaan, sehingga kebutuhan akan variasi atau
sesuatu yang baru yang diinginkan oleh konsumen.
2.
Tidak Ada Inovasi Pilihan
Perusahaan perlu menyiapkan inovasi berkala pada
produknya untuk menjaga konsumen dalam memilih suasana dan keanekaragaman
produk yang ditawarkan oleh perusahaan.
3.
Perbedaan yang Dirasakan Antar Merek
Perusahaan perlu menunjukan kualitas produk yang bagus
dan pelayanan yang ramah dalam menjaga persaingan antar perusahaan.
Gambar 2.1 model
dimensi perilaku mencari variasi
Sumber: Mowen dan Minor (2002:133)
2.6
Perpindahan Merek
2.6.1 Pengertian Perpindahan Merek
Sebagaimana diketahui bersama bahwa banyak sekali produk dengan
berbagai merek yang ditawarkan oleh perusahaan dalam rangka meningkatkan
keinginan konsumen untuk mencoba produk dan merek tersebut. Beragamnya produk
mengakibatkan konsumen sedikit banyak mempunyai keinginan untuk berpindah ke
merek lain. Sedangkan menurut Ganes, Arnold, Reynold (dalam Chatrin dan
Karlina, 2006) Brand switching adalah perilaku konsumen
yang mencerminkan pergantian dari merek produk yang biasa dikonsumsi dengan
produk merek lain.
Menurut Ganes, Arnold dan Reynold (dalam
Chatrin dan Karlina, 2006:45) brand switching adalah saat dimana seorang
pelanggan atau sekelompok pelanggan berpindah kesetiaan dari satu merek sebuah
produk tertentu ke merek produk lainnya. Dimensi-dimensi yang
membangun variabel perpindahan berdasar pada faktor-faktor keperilakuan yang
terdiri dari: keinginan berpindah ke penyedia jasa lainnya, ketidakbersediaan
menggunakan ulang layanan dan keinginan untuk mempercepat penghentian hubungan.
Menurut Gerrard dan Cunningham (2004:34) mendefinisikan customer switching sebagai berpindahnya nasabah dari satu bank ke bank yang
lainnya, bukan antar cabang dalam satu bank yang sama. Perpindahan merek dapat
muncul karena adanya variety seeking.
Menurut Sulistyani (2006:77), keputusan konsumen untuk berpindah merek tidak
hanya dipengaruhi oleh variety seeking,
namun juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti strategi keputusan (decision strategy), faktor situasional
dan normatif, ketidakpuasan terhadap merek sebelumnya, dan strategi pemecahan
masalah (problem solving strategy).
Sedangkan Menurut Srinivasan (Junaidi dan
Dharmesta, 2002:88), perilaku perpindahan merek pada pelanggan merupakan suatu
fenomena yang kompleks yang dipengaruhi oleh faktor-faktor keperilakuan,
persaingan dan waktu.
Sehingga berdasarkan definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa brand
switching adalah saat dimana seorang pelanggan atau sekelompok pelanggan
berpindah kesetiaan dari satu merek sebuah produk tertentu ke merek produk
lainnya. Tingkat brand switching ini juga menunjukan sejauhmana sebuah merek
memiliki pelanggan yang loyal. Semakin tinggi tingkat Brand Switching, maka semakin tidak loyal tingkat pelanggan kita.
2.6.2 Ciri-Ciri Perpindahan Merek
Menurut Srinivasan
(Junaidi dan Dharmesta, 2002:88)
perpindahan merek (brand switching)
juga ditandai dengan:
1. Low Involvement
Keterlibatan yang rendah konsumen tidak melalui tahap-tahap keyakinan, sikap atau perilaku yang normal.
2. Information Catching
Konsumen tidak secara ekstensif mencari informasi mengenai merek, melainkan merupakan penerima informasi pasif.
3. Brand Conviction
Konsumen tidak membentuk keyakinan merek.
4. Brand Familiarit
2.6.3 Dimensi Perpindahan Merek
Menurut Ganes, Arnold, Reynold (dalam Chatrin dan Karlina, 2006) dimensi-dimensi
yang membangun variabel perpindahan berdasar pada faktor-faktor keperilakuan
terdiri dari:
- Keinginan Berpindah ke Penyedia Jasa Lainnya
Banyak factor
yang memungkinkan konsumen pindah ke penyedia jasa lain diantaranya karena
ketidakpuasan dan ketertarikan pada merek lain.
- Ketidakbersediaan Menggunakan Ulang Layanan
Rasa bosan dan
perubahan gaya hidup seseorang memungkinkan konsumen tidak akan menggunakan
ulang produk yang telah dikonsumsinya
- Keinginan Untuk Mempercepat Penghentian Hubungan
Jika penyedia
jasa tidak segera merespon ekspektasi
dari konsumen maka konsumen tersebut akan lebih cepat melakukan penghentian
hubungan karena isu-isu dari penyedia jasa lain yang lebih beragam.
2.6.4 Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perpindahan Merek
Junaidi dan Dharmesta
(2002:91) menemukan beberapa faktor penyebab perilaku
perpindahan merek yang penting, antara lain :
1.
Komitmen pelanggan
Adalah
bagian yang sangat penting untuk keberhasilan sebuah hubungan jangka panjang.
Karena itu, penting bagi perusahaan untuk membangun komitmen pelanggannya agar
tercipta hubungan yang erat antara perusahaan dan pelanggannya.
2.
Reputasi
Adalah
sebagai kepercayaan menyeluruh atau keputusan mengenai tingkat dimana sebuah
perusahaan diberi penghargaan tinggi dan terhormat. Sebuah reputasi yang baik
dapat meningkatkan loyalitas pelanggan.
3.
Kualitas Pelayanan
Adalah
didefinisikan sebagai keputusan atau keyakinan tentang keseluruhan keunggulan
dan superioritas perusahaan.
2.6.5 Karakteristik Perpindahan
Merek
Menurut
Mowen dan Minor (2002:59) perpindahan merek dapat dibedakan menjadi :
1. Divided
Loyalty atau kesetiaan yang terbagi, seseorang mengalami perpindahan karena
kesetiannya terbagi dengan yang lain.
2. Occasional
Switch atau perpindahan sewaktu-waktu, perpindahan merek yang dilakukan karena
kejenuhan tetapi perpindahan tersebut hanya berupa selingan.
3.
Unstable
Loyalty atau kesetiaan beralih, perpindahan merek yang dilakukan karena seseorang
memiliki kesetiaan yang tidak stabil.
4. No Loyalty atau
ketidaksetiaan, perpindahan yang disebabkan karena adanya sikap ketidaksetiaan
pada suatu merek
Tidak ada komentar :
Posting Komentar