BAB 2 PENGARUH PERILAKU MENCARI VARIASI TERHADAP PERPINDAHAN MEREK (Studi Kasus pada Restoran Cibiuk)”




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Manajemen
Koontz dan O’Donnel (Amirullah dan Budiyono, 2004:7) mendefinisikan bahwa: “manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koodinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian”.
Terry juga mengemukakan (Amirullah dan Budiyono, 2004:7) bahwa: “manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan  perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia an sumber-sumber lainnya”.
Stoner (Amirullah dan Budiyono, 2004:7) mendefinisikan bahwa:  “manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.
Dengan demikian, istilah manajemen mengacu pada suatu proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Proses menggambarkan fungsi-fungsi tersebut biasanya disebut sebagai merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan.
2.1.1  Fungsi dan Proses Manajemen
Menurut Amirullah dan Budiyono, (2004:12) fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
1.         Perencanaan
Perencanaan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menentukan tujuan serta sasaran yang ingin dicapai dan mengambil langkah-langkah strategis guna mencapai tujuan tersebut.
2.         Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan proses pemberian perintah, pengalokasian sumber daya serta pengatur kegiatan secara terkoordinir kepada setiap individu dan kelompok untuk menerapkan rencana.
3.         Pengarahan
Pengarahan adalah proses untuk menumbuhkan semangat (motivation) pada karyawan agar dapat bekerja dan giat serta membimbing mereka dalam melaksanakan rencana untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien.
4.         Pengendalian
Pengendalian dimaksudkan untuk melihat apakah kegiatan organisasi sudah sesuai dengan rencana sebelumnya.

2.1.2 Efesiensi dan Efektivitas Manajemen
Efesiensi merupakan bagian yang terpenting dalam manajemen. efesiensi itu mengacu pada hubungan antara keluaran dan masukan (output/input). Menurut Drucker, efesiensi berarti mengerjakan sesuatu dengan benar (doing this right), sedangkan efektif adalah mengerjakan sesuatu yang benar (doing the right things). dalam bahasa yang lebih sederhana efesiensi itu menunjukkan kemampuan organisasi dalam menunjukkan dalam menggunakan sumber daya dengan benar dan tidak ada pemborosan. Setiap perusahaan akan berusaha mencapai tingkat output dan input yang seoptimal mungkin (Amirullah dan Budiyono, 2004:8).
            Sebaliknya efektivitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam mencapai sasaran-sasaran (hasil akhir) yang telah ditetapkan secara tepat.
            Selain pengertian tersebut di atas, manajemen juga diartikan dalam berbagai istilah atau sebutan, sehingga dengan istilah tersebut masing-masing orang dapat memandang manajemen sesuai dengan cara pandang mereka. Walaupun berbeda dalam cara pandang, namun konsep manajemen tetap mengacu pada perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian.
1.         Manajemen sebagai Proses Kegiatan
Sebagai suatu proses kegiatan, manajemen diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang dimulai dari kegiatan merencanakan, melaksanakan serta mengkoordinasikan apa yang direncanakan sampai dengan kegiatan mengawasi atau mengendalikannya agar sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
2.         Manajemen sebagai Suatu Ilmu dan Seni
Manajemen sebagai ilmu dan seni dapat diartikan sebagai upaya pencapaian tujuan dengan pendekatan (approach) menjelaskan fenomena-fenomena dan gejala-gejala manajemen berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah.
3.         Manajemen sebagai Profesi
Penekanan utama dalam penyebutan manajemen sebagai profesi adalah pada kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang atau manajer dengan menggunakan keahlian tertentu.
4.         Manajemen sebagai Kumpulan Oranag untuk Mencapai Tujuan
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara kooperatif dalam organisasi disebut sebagai aktivitas manajemen. Kolektivitas orang-orang tersebut bergabung dalam suatu organisasi dan dipimpin oleh seorang pemimpin (manajer) yang bertanggung jawab penuh atas upaya pencapaian tujuan secara efesien dan efektif.
2.1.3 Unsur – unsur Manajemen
            Dalam melakukan proses manajemen terdapat hal-hal yang menjadi objek proses manajemen tersebut. Objek inilah yang dikenal dengan unsur-unsur manajemen. Terdapat 6 unsur manajemen menurut Hasibuan (2003:20) sebagai berikut:
1.         Men yaitu tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja pimpinan maupun tenaga kerja operasional/pelaksana.
2.         Money yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3.         Methods yaitu cara – cara yang dipergunakan dalam usaha mencapai tujuan.
4.         Materials yaitu bahan – bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
5.         Machines yaitu mesin – mesin / alat – alat yang diperlukan atau dipergunakan untuk mencapai tujuan.
6.         Market yaitu pasar untuk menjual barang dan jasa yang dihasilkan.
2.2 Pengertian Pemasaran
            Pasar atau market, menurut Kotler (Laksana, 2008:4) yaitu “ a Collection of buyers and sellers who transact over a particular product or product class”. Pasar adalah sekumpulan pembeli dan penjual yang melakukan transaksi sebuah produk atau kelompok produk tertentu (pasar perumahan atau bahan makanan).
            Pemasaran atau marketing, menurut Kotler (Laksana, 2008:4) adalah “is a societal process by which individuals and groups obtain what they needs and wants through creating, offering, and freely exchanging products and services of value with other”. Pemasaran yaitu suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

2.3 Pengertian Manajemen Pemasaran
            Manajemen pemasaran atau Marketing management menurut Kotler (Laksana, 2008:4) adalah “is the process of planning and executing the conception, pricing, promotion, and distribution of ideas, goods, services to create exchanges that satisfy individual and organizational goals”. Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi.
            Penulis mendefinisikan manajemen pemasaran yaitu pertukaran produk yang dilakukan melalui aktifitas dari bauran pemasaran, yaitu product, price, promotion dan place.
2.3.1 Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
            Bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang dipergunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Kotler (2009:18) mengklasifikasikan bauran pemasaran menjadi empat kelompok yang luas yang disebut 4P dalam pemasaran, yaitu product (produk), price (harga), place (tempat), dan promotion (promosi). Adapun pengertian dari 4P tersebut menurut Saladin (Aulawi, et.al, 2009:24) adalah:
1      Produk adalah sekumpulan sifat-sifat fisik dan kimia yang berwujud dan dihimpun dalam suatu bentuk yang serupa dan telah dikenal.
2      Harga adalah sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk atau jasa. Harga juga dikatakan penentuan nilai suatu produk di benak konsumen.
3      Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli, yang tadinya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga tetap mengingat produk tersebut.
4      Tempat adalah suatu rangkaian pemasaran yang meliputi saluran pemasaran, cakupan pasar, lokasi, dan transportasi.

2.4 Perilaku Konsumen
2.4.1 Pengertian Perilaku Konsumen
Menurut Kotler dan Keller (2009:166) perilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Schiffman dan Kanuk (2008:72) mendefinisikan perilaku konsumen (consumen behavior) sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk yang diharapkan akan memuaskan kebutuhan hidup.
Menurut Kotler dan Amstrong (2006:34), mengartikan perilaku konsumen sebagai perilaku pembelian konsumen akhir, baik individu maupun rumah tangga yang membeli produk untuk konsumsi personal. Sedangkan menurut Peter dan Olson (2002:76) perilaku konsumen adalah studi mengenai individu, kelompok atau organisasi dan proses-proses yang dilakukan dalam memilih, menentukan, mendapatkan, menggunakan, dan menghentikan pemakaian produk, jasa, pengalaman, atau ide untuk memuaskan kebutuhan serta dampak proses-proses tersebut terhadap konsumen dan masyarakat.
Perilaku  konsumen  adalah  dinamis.  Itu berarti   bahwa  perilaku  seorang konsumen, grup  konsumen, ataupun masyarakat  luas selalu berubah  dan bergerak sepanjang  waktu.   Hal  ini  memiliki   implikasi  terhadap   studi  perilaku   konsumen, demikian  pula  pada  pengembangan  strategi  pemasaran.  Dalam  hal studi  perilaku konsumen,  salah  satu  implikasinya  adalah  bahwa  generalisasi  perilaku  konsumen biasanya terbatas untuk jangka waktu tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa, Perilaku Konsumen adalah perilaku yang konsumen tunjukkan dalam mencari, menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang mereka anggap akan memuaskan kebutuhan mereka.
2.4.2 Perilaku Konsumen Terhadap Merek
Menurut Kotler dan Amstrong (2006:40) tingkat perilaku konsumen terhadap merek dibedakan atas lima tingkat, yaitu:
1.         Konsumen yang sering mengganti merek khususnya karena alasan harga.
2.         Konsumen yang puas akan suatu merek dan tidak memiliki alasan untuk mengganti merek.
3.         Konsumen yang puas akan suatu merek dan akan merasa rugi bila konsumen mengganti suatu merek lain.
4.         Konsumen yang memberikan nilai yang tinggi pada suatu merek, menghargainya dan menjadikan merek bagian dari dirinya atau seperti teman. 
5.         Konsumen yang setia terhadap merek.
2.4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Konsumen
            Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pilihan konsumen menurut Kotler dan Amstrong (2006:41), adalah sebagai berikut:
1.        Konsumen Individu, Pilihan merek dipengaruhi oleh :
a)         Kebutuhan konsumen
b)        Persepsi atas karakteristik merek
c)         Sikap kearah pilihan
2.        Pengaruh Lingkungan, Lingkungan pembelian konsumen ditunjukkan oleh :
a)         Budaya (Norma kemasyarakatan, pengaruh kedaerahan atau kesukuan)
b)        Kelas  sosial (keluasan grup sosial ekonomi atas harta  milik konsumen)
c)         Grup tata muka (teman, anggota keluarga, dan grup referensi) dan
d)   Faktor menentukan yang situasional (situasi dimana produk dibeli seperti keluarga yang menggunakan mobil dan kalangan usaha).
3.        Marketing strategy, Merupakan variabel dimana pemasar mengendalikan usahanya dalam memberitahu dan mempengaruhi konsumen. Variabel-variabelnya adalah:
a)         Barang
b)        Harga
c)         Periklanan
d)        Distribusi yang mendorong konsumendalam proses pengambilan keputusan.
2.4.4 Struktur Keputusan Pembelian
Menurut Supranto dan Limakrisna (2007:11), keputusan untuk membeli yang diambil oleh pembeli itu sebenarnya merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan. Setiap keputusan membeli mempunyai suatu struktur yang mencakup beberapa  komponen, yaitu: 
1.        Keputusan tentang jenis produk
Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk atau menggunakan uangnya untuk tujuan lain. Dalam hal ini perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang berminat membeli produk tersebut serta alternatif lain yang mereka pertimbangkan
2.        Keputusan tentang bentuk produk
Konsumen  dapat mengambil keputusan untuk membeli bentuk produk tertentu. Keputusan tersebut menyangkut pula ukuran, mutu suara, corak dan sebagainya. Dalam hal ini perusahaan harus melakukan riset pemasaran untuk mengetahui kesukaan konsumen tentang produk bersangkutan agar dapat memaksimalkan daya tarik merknya.
3.        Keputusan tentang merk
Konsumen harus mengambil keputusan tentang merk mana yang akan dibeli. Setiap merk memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merk.
4.        Keputusan tentang penjualnya
Konsumen harus mengambil keputusan di mana produk tersebut akan dibeli, apakah pada toko serba ada, toko alat-alat listrik, toko elektronik, atau toko lain. Dalam hal ini, produsen, pedagang besar, dan pengecer harus mengetahui bagaimana konsumen memilih penjual tertentu.
5.        Keputusan tentang jumlah produk
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yang akan dibelinya pada suatu saat. Pembelian yang dilakukan mungkin lebih dari satu unit. Dalam hal ini perusahaan harus mempersiapkan banyak produk sesuai dengan keinginan yang berbeda-beda dari para pembeli.
6.        Keputusan tentang waktu pembelian
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan ia harus melakukan pembelian. Masalah ini akan menyangkut tersedianya uang untuk membeli produk. Oleh karena itu perusahaan harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam penentuan waktu pembelian. Dengan demikian perusahaan dapat mengatur waktu produksi dan kegiatan pemasarannya.
7.        Keputusan tentang cara pembayaran
Konsumen harus mengambil keputusan tentang metode atau cara pembayaran produk yang dibeli, apakah secara tunai atau dengan cicilan. Keputusan tersebut akan mempengaruhi keputusan tentang penjual dan jumlah pembeliannya. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui keinginan pembeli terhadap cara pembayarannya.

2.5  Perilaku Mencari Variasi               
2.5.1 Pengertian Perilaku Mencari Variasi
Mowen dan Minor (2002:133) mengemukakan bahwa mencari keragaman (variety-seeking) mengacu pada kecenderungan konsumen untuk mencari secara spontan membeli merek produk baru meskipun mereka terus mengungkapkan kepuasan mereka dengan merek yang lama.
Kebutuhan mencari variasi produk adalah sebuah komitmen kognitif untuk membeli merek yang berbeda karena berbagai alasan yang berbeda, keinginan baru atau timbulnya rasa bosan pada sesuatu yang telah lama dikonsumsi (Peter dan Olson, 2002:76).
Perilaku Mencari Variasi (Variety Seeking) adalah perilaku dari konsumen yang berusaha untuk mencari keberagaman merek diluar kebiasaannya karena tingkat keterlibatan produk yang rendah (Sulistiyani, 2006:89). Tujuan konsumen mencari keberagaman produk adalah untuk mencapai suatu sikap terhadap sebuah merek yang menyenangkan. Tujuan lain perilaku variety seeking adalah konsumen hanya dapat berupa sekedar mencoba sesuatu yang baru atau mencari kebaruan dari sebuah produk.
Menurut Junaidi dan Dharmesta (2002:56), jika keterlibatan konsumen rendah, maka konsumen akan mudah berganti merek karena kebosanan dan mencoba merek lain. Perilaku mencari variasi terjadi jika resiko kecil dan sedikit atau tidak ada komitmen terhadap suatu merek.
2.5.2 Tipe Konsumen yang Mencari Variasi
Menurut Schiffman dan Kanuk (2008:66) terdapat beberapa tipe konsumen yang mencari variasi adalah sebagai berikut:
1.    Perilaku pembelian yang bersifat penyelidikan (Exploratory Purchase Behavior), merupakan keputusan perpindahan merek untuk mendapatkan pengalaman baru dan kemungkinan alternatif yang lebih baik.
2.        Penyelidikan pengalaman orang lain (Vicarious Exploration), konsumen mencari informasi tentang suatu produk yang baru atau alternatif yang berbeda, kemudian mencoba menggunakannya.
3.         Keinovatifan pemakaian (Use Innovativeness), konsumen telah menggunakan dan mengadopsi suatu produk dengan mencari produk yang lebih baru dengan teknologi yang lebih tinggi seperti produk-produk alat elektronik yang model/fungsinya telah berubah.

Perilaku variety seeking cenderung akan terjadi pada waktu pembelian sebuah produk menimbulkan risiko yang minimal bagi konsumen dan konsumen kurang memiliki komitmen terhadap merek tertentu.
2.5.3 Dimensi Perilaku Mencari Variasi
Menurut Mowen dan Minor (2002:133) dimensi-dimensi yang mengacu pada perilaku mencari variasi adalah sebagai berikuti:
1.      Kebutuhan Akan Variasi
Konsumen sudah merasa bosan dengan produk yang sama yang ditawarkan oleh suatu perusahaan, sehingga kebutuhan akan variasi atau sesuatu yang baru yang diinginkan oleh konsumen.
2.      Tidak Ada Inovasi Pilihan
Perusahaan perlu menyiapkan inovasi berkala pada produknya untuk menjaga konsumen dalam memilih suasana dan keanekaragaman produk yang ditawarkan oleh perusahaan.
3.      Perbedaan yang Dirasakan Antar Merek
Perusahaan perlu menunjukan kualitas produk yang bagus dan pelayanan yang ramah dalam menjaga persaingan antar perusahaan.



 
 

Gambar 2.1 model dimensi perilaku mencari variasi
Sumber: Mowen dan Minor (2002:133)


2.6 Perpindahan Merek
2.6.1 Pengertian Perpindahan Merek
Sebagaimana diketahui bersama bahwa banyak sekali produk dengan berbagai merek yang ditawarkan oleh perusahaan dalam rangka meningkatkan keinginan konsumen untuk mencoba produk dan merek tersebut. Beragamnya produk mengakibatkan konsumen sedikit banyak mempunyai keinginan untuk berpindah ke merek lain. Sedangkan menurut Ganes, Arnold, Reynold (dalam Chatrin dan Karlina, 2006) Brand switching adalah perilaku konsumen yang mencerminkan pergantian dari merek produk yang biasa dikonsumsi dengan produk merek lain.
Menurut Ganes, Arnold dan Reynold (dalam Chatrin dan Karlina, 2006:45) brand switching adalah saat dimana seorang pelanggan atau sekelompok pelanggan berpindah kesetiaan dari satu merek sebuah produk tertentu ke merek produk lainnya. Dimensi-dimensi yang membangun variabel perpindahan berdasar pada faktor-faktor keperilakuan yang terdiri dari: keinginan berpindah ke penyedia jasa lainnya, ketidakbersediaan menggunakan ulang layanan dan keinginan untuk mempercepat penghentian hubungan.
Menurut Gerrard dan Cunningham (2004:34) mendefinisikan customer switching sebagai berpindahnya nasabah dari satu bank ke bank yang lainnya, bukan antar cabang dalam satu bank yang sama. Perpindahan merek dapat muncul karena adanya variety seeking. Menurut Sulistyani (2006:77), keputusan konsumen untuk berpindah merek tidak hanya dipengaruhi oleh variety seeking, namun juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti strategi keputusan (decision strategy), faktor situasional dan normatif, ketidakpuasan terhadap merek sebelumnya, dan strategi pemecahan masalah (problem solving strategy).
Sedangkan Menurut Srinivasan (Junaidi dan Dharmesta, 2002:88), perilaku perpindahan merek pada pelanggan merupakan suatu fenomena yang kompleks yang dipengaruhi oleh faktor-faktor keperilakuan, persaingan dan waktu.
Sehingga berdasarkan definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa brand switching adalah saat dimana seorang pelanggan atau sekelompok pelanggan berpindah kesetiaan dari satu merek sebuah produk tertentu ke merek produk lainnya. Tingkat brand switching ini juga menunjukan sejauhmana sebuah merek memiliki pelanggan yang loyal. Semakin tinggi tingkat Brand Switching, maka semakin tidak loyal tingkat pelanggan kita.
2.6.2 Ciri-Ciri Perpindahan Merek
Menurut Srinivasan (Junaidi dan Dharmesta, 2002:88) perpindahan merek (brand switching) juga ditandai dengan:

1.      Low Involvement
Keterlibatan yang rendah konsumen tidak melalui tahap-tahap keyakinan, sikap atau perilaku yang normal.
2.      Information Catching
Konsumen tidak secara ekstensif mencari informasi mengenai merek, melainkan merupakan penerima informasi pasif.
3.      Brand Conviction
Konsumen tidak membentuk keyakinan merek.
4.      Brand Familiarit
2.6.3 Dimensi Perpindahan Merek
Menurut Ganes, Arnold, Reynold (dalam Chatrin dan Karlina, 2006) dimensi-dimensi yang membangun variabel perpindahan berdasar pada faktor-faktor keperilakuan terdiri dari:
  1. Keinginan Berpindah ke Penyedia Jasa Lainnya
Banyak factor yang memungkinkan konsumen pindah ke penyedia jasa lain diantaranya karena ketidakpuasan dan ketertarikan pada merek lain.
  1.   Ketidakbersediaan Menggunakan Ulang Layanan
Rasa bosan dan perubahan gaya hidup seseorang memungkinkan konsumen tidak akan menggunakan ulang produk yang telah dikonsumsinya
  1.   Keinginan Untuk Mempercepat Penghentian Hubungan
Jika penyedia jasa tidak segera merespon  ekspektasi dari konsumen maka konsumen tersebut akan lebih cepat melakukan penghentian hubungan karena isu-isu dari penyedia jasa lain yang lebih beragam.
2.6.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perpindahan Merek
Junaidi dan Dharmesta (2002:91)  menemukan beberapa faktor penyebab perilaku perpindahan merek yang penting, antara lain :
1.             Komitmen pelanggan
Adalah bagian yang sangat penting untuk keberhasilan sebuah hubungan jangka panjang. Karena itu, penting bagi perusahaan untuk membangun komitmen pelanggannya agar tercipta hubungan yang erat antara perusahaan dan pelanggannya.
2.             Reputasi
Adalah sebagai kepercayaan menyeluruh atau keputusan mengenai tingkat dimana sebuah perusahaan diberi penghargaan tinggi dan terhormat. Sebuah reputasi yang baik dapat meningkatkan loyalitas pelanggan.
3.             Kualitas Pelayanan
Adalah didefinisikan sebagai keputusan atau keyakinan tentang keseluruhan keunggulan dan superioritas perusahaan.
2.6.5 Karakteristik Perpindahan Merek
Menurut Mowen dan Minor (2002:59) perpindahan merek dapat dibedakan menjadi :
1.    Divided Loyalty atau kesetiaan yang terbagi, seseorang mengalami perpindahan karena kesetiannya terbagi dengan yang lain.
2.   Occasional Switch atau perpindahan sewaktu-waktu, perpindahan merek yang dilakukan karena kejenuhan tetapi perpindahan tersebut hanya berupa selingan.
3.        Unstable Loyalty atau kesetiaan beralih, perpindahan merek yang dilakukan karena seseorang memiliki kesetiaan yang tidak stabil.
4.      No Loyalty atau ketidaksetiaan, perpindahan yang disebabkan karena adanya sikap ketidaksetiaan pada suatu merek


Tidak ada komentar :

Posting Komentar