1.1
Latar Belakang Masalah
Dalam sebuah perusahaan potensi Sumber Daya Manusia pada dasarnya merupakan
salah satu modal dan memegang peran yang
paling penting dalam mencapai tujuan perusahaan. Oleh karena itu,
perusahaan perlu mengelola Sumber Daya Manusia sebaik mungkin, sebab
kunci sukses suatu perusahaan bukan hanya pada keunggulan teknologi dan
tersedianya dana saja akan tetapi faktor manusia merupakan faktor yang
terpenting, Manusia bisa dikatakan sebagai sumber daya utama yang
mampu mengatur, menganalisis, dan mengendalikan masalah yang ada di dalam
perusahaan. Selain itu manusia mempunyai keinginan, pikiran, perasaan,
status dan latar belakang yang beragam yang dibawa ke dalam perusahaan untuk
mencapai tujuan perusahaan.
Suatu organisasi atau
perusahaan dituntut memiliki pandangan dan sikap
disiplin untuk meningkatkan produktivitas pegawai, disiplin kerja merupakan
fungsi manajemen sumber daya manusia terpenting dan berkaitan erat dengan
pengelolaan sumber daya bagi suatu perusahaan. Pada
dasarnya setiap pegawai menyadari bahwa disiplin kerja merupakan kunci
keberhasilan yang harus diterapkan dan harus dilaksanakan oleh masing-masing
individu karena dengan displin kerja yang baik akan memberikan kelancaran dalam
proses menjalankan pekerjaan dan juga akan mencapai hasil kerja yang maksimal
dalam perusahaan.
Disiplin
Kerja merupakan salah satu komponen yang turut menentukan baik buruknya kinerja seseorang. Karyawan yang disiplin dalam bekerja akan cenderung
untuk melakukan segala aktivitasnya
sesuai dengan tata aturan, standar maupun tugas dan tanggung jawab yang menjadi kewajibannya. Kepatuhan
terhadap peraturan
maupun standar kerja yang telah ditetapkan oleh manajemen merupakan jaminan keberhasilan pencapaian
tujuan, oleh individu dalam organisasi
yang bersangkutan yang pada gilirannya akan mempengaruhi kinerja organisasi tersebut. Contoh yang sederhana dalam hal ini
adalah, jika seorang Karyawan sering
datang terlambat maka secara otomatis hal tersebut akan merugikan organisasi dimana ia bekerja. Kerugian yang nyata diantaranya adalah:
1.
Berkurangnya jam kerja bagi karyawan yang bersangkutan sehingga kemungkinan “target
molor” atau tidak tercapainya target
yang ditetapkan pada waktu tersebut akan sangat besar,
2.
Pengaruhnya negatif kepada karyawan lainnya terutama jika perilaku indisipliner
tersebut dibiarkan berlarut-larut oleh
pimpinan atau atasan langsung
dari karyawan tersebut,
3.
Munculnya sikap malas dan tak acuh jika sikap “pembiaran” oleh pimpinan
berkelanjutan.
Menurut
Malayu (2003:193), Disiplin Kerja adalah “Kesadaran dan kesediaan seseorang
mentaati semua peraturan-peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku”.
Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan
dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi, seseorang akan mematuhi atau mengerjakan semua
tugasnya dengan baik, bukan atas paksaan. Sedangkan, kesediaan adalah suatu sikap, tingkah
laku, dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan organisasi, baik
yang tertulis maupun tidak tertulis. Salah satu cara yang
dapat dilakukan oleh organisasi adalah dengan menanamkan jiwa disiplin mulai dari pimpinan dengan tujuan memberikan
contoh kepada bawahan, dengan demikian suatu kerja karyawan dapat meningkat.
Alamanda Resort dan resto merupakan sebuah perusahaan
yang bergerak dibidang pelayanan jasa penginapan, cafe, dan tempat hiburan. Alamanda Resort dan resto ini mempunyai
sebuah misi dan visi yaitu untuk memuaskan para pelanggan dan mendapatkan laba
atau keuntungan yang maksimal. Suatu organisasi atau perusahaan pada dasarnya bertujuan untuk mendapat
keuntungan yang setinggi-tingginya. Hasil observasi
yang penulis lakukan di lokasi penelitian,
fenomena mendasar yang penulis temukan yaitu:
1. masih
terdapat karyawan yang melaksanakan tugasnya kurang profesional, seperti masih
adanya karyawan yang hadir terlambat pada waktu
yang telah di tetapkan dan pada jam kerja.
2. karyawan tidak pada posisinya
dengan alasan yang tidak jelas, dan pulang kerja sebelum waktu yang ditentukan.
Hal ini juga dapat mempengaruhi kinerja
karyawan.
Berdasarkan uraian diatas juga, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BUKIT
ALAMANDA RESORT DAN RESTO”.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana Disiplin kerja di Bukit Alamanda Resort dan Resto?
2.
Bagaimana Kinerja di Bukit Alamanda Resort dan Resto?
3. Bagaimana pengaruh Disiplin kerja terhadap Kinerja
karyawan di Bukit Alamanda Resort dan
Resto?
Adapun tujuan yang ingin
dicapai dari penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui Disiplin kerja pada Bukit Alamanda Resort dan Resto.
2.
Untuk mengetahui Kinerja karyawan pada Bukit Alamanda Resort dan Resto.
3. Untuk mengetahui pengaruh Disiplin kerja terhadap Kinerja
karyawan di Bukit Alamanda Resort dan
Resto.
1.4 Kegunaan
Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis
Bagi penulis, penelitian
ini merupakan studi perbandingan antara teori-teori yang penulis dapatkan
selama masa perkuliahan dengan kondisi sesungguhnya yang ada pada perusahaan,
sehingga dapat menambah pengetahuan dan pengalaman. Sedangkan bagi Bukit Alamanda
Resort dan Resto diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan sumbangan
pemikiran dalam mengatasi berbagai permasalahan yang berhubungan dengan
Disiplin kerja dan kinerja karyawan.
1.4.2
Kegunaan Praktisi
Bagi kalangan akademisi atau pihak yang lain, penelitian
ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi mengenai masalah disiplin
kerja dan kinerja karyawan.
1.5.1 Pengertian Disiplin Kerja
Didalam
suatu organisasi atau perusahaan peran sumber daya manusia sangat penting, karena
sumber daya manusia merupakan suatu proses yang memberikan pengarahan, pengaturan,
pengendalian dan pemberian fasilitas lainnya untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut Terry ( dalam Hasibuan, 2007:225), menyebutkan bahwa manajemen adalah
suatu proses tertentu yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pergerakan,dan
pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan menggunakan manusia dan sumber daya lainnya.
Pada dasarnya manusia di
dalam suatu organisasi di pandang sebagai sumber daya, atau penggerak dari
organisasi. Oleh karena itu, setiap organisasi harus memiliki ketentuan yang
harus di taati oleh karyawannya. Untuk mengatur segala sumber daya khususnya
manusia adalah dengan manajemen sumber daya manusia (MSDM). Manajemen sumber
daya manusia merupakan salah satu bidang manajemen yang menitikberatkan kepada
akvitas dalam mengelola manusia sebagai sumber dayanya. Menurut Mangkunegara
(2001: 2) manajemen sumber daya manusia merupakan suatu pengorganisasian,
pengkoordinasian, pelaksanaan dan pengawasan, pengadaan,pengembangan, pemberian
balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisah tenaga kerja dalam
rangka mencapai suatu tujuan perusahaan. Sedangkan menurut Hasibuan (2008: 10)
manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan
peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan
perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
Setiap organisasi atau
perusahaan memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas, yang mempunyai
kompetensi, dan siap untuk bersaing di dunia bisnis. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, setiap perusahaan harus bisa mengarahkan para karyawan nya untuk
disiplin di dalam bekerja. Karena sangat berpengaruh terhadap hasil kerja dimana
ketika seorang karyawan mampu mematuhi peraturan yang di tetapkan sebuah
organisasi perusahaan karyawan akan menghasilkan hasil kerja yang baik.
Disiplin Kerja adalah suatu sikap menghormati, menghargai,
patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang telah di tentukan, baik yang
tertulis maupun yang tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak
mengelak sanksi-sanksinya apabila seorang karyawan melanggar tugas dan wewenang
yang diberikan kepada karyawan tersebut. Menurut Mangkunegara dalam Sinambela
(2012:239), disiplin kerja
merupakan ukuran aktivitas organisasi untuk memanfaatkan semua sumbangan atau
kemampuan yang ada secara optimal untuk mencapai tujuan, dengan mentaati segala
peraturan yang telah di tetapkan dapat
disimpulkan bahwa pada hakikatnya disiplin adalah memanfaatkan sumbangan
kemampuan secara optimal, dengan kesadaran, kesediaan, dan kepatuhannya pada
aturan dan perintah yang ditetapkan organisasi.
Indikator-indikator
disiplin kerja menurut Mangkunegara (dalam
Sinambela 2012:239) adalah sebagai berikut :
a.
Preventif Dicipline (disiplin preventif),
yaitu adalah suatu upaya untuk menggerakan pegawai untuk mengikuti dan
mematuhi peraturan dan aturan kerja yang ditetapkan oleh organisasi. Dalam hal
ini, diplin preventif bertujuan untuk menggerakkan dan mengarahkan agar pegawai
bekerja berdisiplin. Cara preventif dimaksudkan agar pegawai dapat memelihara
disiplin dirinya terhadap peraturan-peraturan organisasi. Pedoman dalam melakukan tindakan pendisiplinan preventif adalah:
1.
Kehadiran
2.
Penggunaan Jam Kerja
3.
Tanggung Jawab
b. Correctif Dicipline (disiplin korektif),
yaitu suatu upaya penggerakan pegawai dalam menyatukan suatu peraturan
dan mengarahkannya agar tetap mematuhi berbagai peraturan dalam menyatukan
suatu peraturan dan mengarahkannya agar tetap mematuhi berbagai peraturan
sesuai dengan pedoman yang berlaku pada organisasi. Dalam disiplin korektif
pegawai yang melanggar disiplin akan diberikan sanksi yang bertujuan agar
pegawai tersebut dapat memperbaiki diri dan mematuhi peraturan yang ditetapkan. Pedoman dalam melakukan tindakan
pendisiplinan korektif adalah:
1.
Peringatan
2.
Segera dan secepat mungkin
3.
Konsisten
4.
Impersonal
c.
Progresif Dicipline (disiplin progresif),
yaitu tindakan atau proses pendisiplinan, dimana sang manajer
menggunakan paksaan dan tekanan seminimal mungkin untuk memecahkan masalah
kinerja. Tetapi ia akan menerapkan konsekuensi bila upaya pemecahan masalah
yang lebih kooperatif tidak mendapatkan hasil. Jadi proses ini dimulai secara
halus dan bersifap suportif. Kemudian bila masalah itu terus ada, digunakan
sedikit lebih banyak lagi kekuasaan manajerial. Pada tingkat yang paling
ekstrem, disiplin progresif dapat berakibat pada pemecatan pegawai. Ini
merupakan penggunaan kekuasaan manajerial yang paling dahsyat. Akan tetapi,
harus mencari terlebih dahulu solusi-solusi yang kooperatif sifatnya, dan juga kerja
sama, karena tindakan sepihak cenderung menyebabkan kerugian pada semua orang. Pedoman dalam melakukan tindakan
pendisiplinan progresif adalah:
1.
Teguran Lisan
2.
Teguran Tertulis
3.
Hukuman yang Berat
4.
Diberhentikan dari pekerjaan
Pada dasarnya kinerja diartikan sebagai sesuatu yang ingin
dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan seseorang. Banyak pendapat
yang diberikan para ahli mengenai istilah kinerja, walaupun berbeda rumusannya,
namun secara prinsip kinerja adalah mengenai proses pencapaian hasil. Sehingga
dapat didefinisikan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.Menurut
Kusnadi (2003;64) menyatakan bahwa kinerja adalah setiap gerakan, perbuatan,
pelaksanaan, kegiatan atau tindakan yang diarahkan untuk mencapai tujuan atau
target tertentu. Hariandja (2002;195) mengemukakan kinerja adalah hasil kerja
yang dicapai oleh pegawai atau prilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan
perannya dalam organisasi. Kinerja pegawai merupakan suatu hal yang sangat
penting dalam usaha organisasi mencapai tujuannya, sehingga berbagai kegiatan
harus dilakukan organisasi tersebut untuk meningkatkannya. Kemudian Rivai (2003:548) mengemukakan kinerja merupakan suatu
fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan
seseorang sepatutnya memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu.
Adapun
aspek-aspek yang dinilai dalam penilaian kinerja karyawan
Menurut Rivai (2003: 563) diantaranya :
a. Kemampuan teknis, yaitu kemampuan menggunakan
pengetahuan, metode, teknik, dan peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan
tugas serta pengalaman dan pelatihan yang diperolehnya.
b. Kemampuan konseptual, yaitu kemampuan untuk memahami
kompleksitas perusahaan dan penyesuaian bidang gerak dari unit masing-masing ke
dalam bidang operasional perusahaan secara menyeluruh, yang pada intinya
individual tersebut memahami tugas, fungsi serta tanggung jawabnya sebagai
seorang karyawan.
c. Kemampuan hubungan interpersonal, yaitu antara lain
kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain, memotivasi karyawan, melakukan
negosiasi, dan lain-lain.
Berdasarkaan
pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan suatu alat
ukur untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian hasil kerja serta
mengetahui dampak positif dan negatif dari perusahaan tersebut. Kemudian
kerangka pemikiran dapat di gambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran
Pengaruh Disiplin kerja terhadap kinerja
1.5.3
Hipotesis
Hipotesis berasal dari dua penggalan kata, “hypo” yang artinya “di bawah” dan “thesa” yang artinya kebenaran. Jadi
hipotesis yang kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan ejaan Bahasa
Indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis. Hipotesis dapat
diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Sugiono 2011 : 84).
Atas kerangka
pemikiran di atas maka penulis mengajukan hipotesis penelitian ini sebagai
berikut : “ TERDAPAT
PENGARUH DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN ”
1.6 Metodologi Penelitian
1.6.1
Metode Yang Digunakan
Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penyusunan
skripsi ini adalah metode deskriptif analaisis, yaitu suatau metode yang
memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang aktual, melalui pengumpulan
dan penyusunan data yang digunakan dijelaskan, dianalisis, dan akhirnya
disimpulkan.
Adapun jenis metode deskriptif analisis yang
dipergunakan adalah studi kasus, yaitu penelitian yang memusatkan perhatian
pada suatu kasus secara intensif dan mendetail, yang mana objek yang diselidiki
dari kesatuan unit dalam jangka waktu tertentu, adapun yang menjadi kasus dalam
penelitian ini adalah gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin di Bukit
Alamanda Resort dan Restodan berhubunagannya dengan motivasi
kerja karyawan.
1.6.2
Oprasionalisasi Variabel
1.
Variabel Bebas (independent
variabel), yaitu variabel (X) Disiplin kerja Menurut Siagian (1990: 214) Disiplin karyawan
adalah suatu bentuk peraturan yang berusaha memperbaiki dan membentuk
pengetahuan sikap dan perilaku karyawan sehingga para karyawan tersebut dapat
meningkatkan hasil kerja pada suatu organisasi.
2. Variabel Terikat (dependent variabel), yaitu variabel (Y)
Kinerja. Menurut
Maluyu
S.P. Hasibuan (2001:34) kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan tugas tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman dan kesungguhan.
Tabel 1.1
Operasionalisasi
Variabel
1.6.3
Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data subyek.
Menurut Sugiyono (2012:137), “Data subyek adalah jenis data penelitian yang
berupa opini, sikap, pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau
sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian (responden)”. Data subyek
selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan bentuk tanggapan (respon) yang
diberikan, yaitu: lisan (wawancara), tertulis (kuisioner), dan ekspresi (proses
observasi).
Sumber data dalam penelitian ini adalah data
primer. Menurut Sugiyono(2011:19), “Data primer adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang
bersangkutan yang memerlukannya”.
1.6.4
Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam
melaksanakan penelitian ini adalah :
1.
Libray Research (Studi Kepustakaan)
Yang mana penulis mempelajari litelatur yang erat
hubungannya dengan permasalahan yang dibahas.
Menurut Sugiyono(2012:5), penelitian kepustakaan adalah
penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan), baik
berupa buku, catatan, maupun laporan hasil penelitian dari peneliti terdahulu.
2.
Failed Reseach ( Studi Lapangan )
Yang mana penulis melakukan penelitian dengan terjun
langsung kelapangan untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penyusunan
skripsi ini, dalam penelitian lapangan ini, penulis melakukan pengumpulan data
dengan cara:
a.
Wawancara
Menurut Sugiyono (2012:138), wawancara yaitu cara
pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab langsung kepada obyek yang
diteliti atau kepada perantara yang mengetahui persoalan dari objek yang
diteliti.
Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan
pihak-pihak yang berkepentingan di Bukit Alamanda Resort dan Resto.
b.
Kuisioner
Menurut Sugiyono (2011:154), mengemukakan bahwa
pertanyaan peneliti dan jawaban responden dapat dikemukaakan secara tertulis
melalui suatu kuisioner. Kuisioner dapat didistribusikan dengan berbagai cara,
antara lain kuisioner disampaikan langsung oleh peneliti, diletakan ditempat
yang ramai dikunjungi banyak orang, dikirim melalui pos, faksimile atau
menggunakan teknik komputer. yaitu penulis menyebarkan dan teknik
pengumpulan data melalui penyebaran kuisioner (daftar pertanyaan isian)
agar diisi langsung oleh kepada
responden, kemudian responden tersebut memberikan jawaban berdasarkan
pertanyaan diberikan. Adapun tehnik pengambilan responden yang digunakan adalah
tenik sampling.
1.6.5 Teknik Penarikan Populasi
Menurut Sugiyono (2012:215) “Populasi diartikan
sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan yang menjadi unit
populasi dalam penelitian ini adalah Bukit Alamanda Resort dan Resto.
1.6.5.1 Teknik Penarikan Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011:62). Untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian digunakan teknik
sampling.
Penetapan sampel dalam penelitian ini menggunakan
sampling jenuh, dimana teknik ini digunakan apabila semua anggota populasi
dijadikan sampel (Sugiyono, 2011: 68). Hal ini dilakukan bila jumlah populasi
relatif kecil kurang dari 100 orang atau penelitian yang ingin membuat
generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Teknik ini digunakan dengan
pertimbangan bahwa semua populasi yang ada di lokasi penelitian memungkinkan
untuk dijadikan sebagai sampel. Berdasarkan hal tersebut maka teknik penarikan
sampel dalam penelitian ini penulis memakai total populasi atau sensus yang
dilakukan pada keadaan suatu objek penelitian sebesar 45 orang.
1.6.6 Teknik Pengolahan Data
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini
berupa kuesioner yang dibuat secara terstruktur, didalamnya terkandung beberapa
item pertanyaan-pernyataan beserta alternative jawaban yang sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya kuesioner ini dibuat mengingat satuan pengukuran yang
digunakan scoring, yaitu pemberian nilai pada alternative jawaban yang
disediakan dalam pertanyaan-pernyataan penelitian. Penelitian ini menggunakan
skala ordinal yang ditransformasikan kedalam skala interval, adapun ukuran
pemberian skornya berdasarkan skala likert.
Menurut Sugiyono (2011:226) skala likert umumnya
menggunakan lima angka penilaian.
Jawaban sangat setuju (SS) diberi skor : 5
Jawaban setuju (S) diberi skor : 4
Jawaban ragu-ragu (R) diberi skor : 3
Jawaban tidak setuju (TS) diberi skor : 2
Jawaban sangat tidak setuju (STS) diberi skor : 1
1.6.6.1 Teknik Transformasi Data
Dalam penelitian ini karena data yang dihasilkan
dari penelitian skalanya masih bersifat ordinal, sedangkan untuk keperluan
analisis faktor memerlukan data berbentuk skala interval, maka data yang dalam
skala ordinal tersebut ditransformasikan terlebih dahulu kedalam skala interval
(mentransformasikan data ordinal menjadi interval) dengan menggunakan Method
Succesive Interval (MSI),
1.6.6.2 Uji Validitas
Untuk menunjukan sejauh mana suatu alat ukur mampu
mengukur apa yang ingin diukur digunakan dari pengujian validitas. Validitas
adalah suatu ukuran yang menujukan tingkat kebebasan (validitas) suatu alat
ukur, dimana suatu alat ukur yang valid mempunyai validitas yang tinggi dan
sebaliknya,suatu alat ukur yang kurang valid berarti memiliki tingkat validitas
yang rendah.
1.6.6.3 Uji Realibitas
Untuk menentukan konsisten suatu alat ukur di
dalam mengukur gejala yang sama digunakan uji reabilitas. Reabilitas adalah
suatu angka indeks yang menunjukan konsisteni suatu alat ukur didalam mengukur
gejala yang sama. Setiap alat ukur seharusnya memiliki kemampuan untuk
memberikan hasil pengukuran yang konsisten. Dengan kata lain, reabilitas merupakan
istilah yang digunakan untuk menunjukan sejauh mana suatu hasil pengukuran
relatif konsiten apabila pengukuran diulang beberapa kali
1.6.6.4 Rentang
Kriteria Pengukuran
Tahapan
proses untuk menentukan rentang kriteria pengukuran data adalah sebagai berikut :
a. Tentukan
skor terendah dan tertinggi dengan cara mengalikan jumlah sampel yang diketahui
adalah N = 75
orang/responden dengan bobot yang paling rendah (75 x 1) dan bobot paling tinggi (N x 5),
maka didapat rentang terendah adalah 75,
sedangkan yang tertinggi adalah 375.
b. Rentang
Interval tiap kriteria untuk skor
RS =
,
dimana
N = Jumlah responden,
n = Nilai skor maksimal
Maka RS =
= 60
c. Daftar
skala penilaian tiap kriteria
Tabel
3.3
Kriteria
Penilaian
1.6.6.5 Regresi Sederhana
Analisis regresi sederhana yaitu analisis yang
digunakan untuk menentukan pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel
terikat, dengan persamaan sebagai berikut:
Y = a+Bx
Y =Subjek dalam variabel dependen yang
diprediksikan
a =Harga Y bila X =0 (harga konstan)
b =angka arah atau
koefesien regresi, yang menunjukan angka peningkatan ataupun penurunan variabel
dependen yang didasarkan pada variabel indevenden. Bila b (+) maka naik, dan
bila (-) maka terjadi penurunan.
sangat membantu thanks
BalasHapusThnks
BalasHapusThnks
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusTHANKS BGT..
BalasHapusthakns gan.
BalasHapusbisa jadi motivasi buat semangat belajar :)
makasih :) ... sangat membantu banget
BalasHapus